Minggu, 20 Desember 2009

UKM di sekitar Cikapundung









Kategori Produk : Kerajinan dari sampah plastik
Jenis : Tas, dompet
Merek : -

Data diri pemilik :
Nama : Djuariah Djadjang
Tanggal Lahir : 27 November 1953
Alamat : Tamansari Atas RT 02 RW 20 Kelurahan Tamansari, Kecamatan Bandung
Wetan Bandung
Pendidikan : SMA
Suami : Djadjang Ruchiyat (55)
Anak:
- Angga Ramdhani (30)
- Alia Meliawati Dewi (26)
Penghargaan, antara lain:
- Masyarakat Peduli Sampah tingkat Jawa Barat, 2008
- Teladan Akseptor KB Lestari tingkat Kota Bandung, 2008
- Teladan Kader Posyandu Kota Bandung, 2008


Kategori Produk : Makanan
Jenis : Sumpiah udang
Merek : Cita Rasa

Data diri pemilik :
Nama : Agus Setiawan
Tanggal Lahir : 9 Agustus 1956
Alamat : Taman Sari Bawah no. 200/89 RT 1 RW 13 Kelurahan Taman Sari Kecamatan
Bandung Wetan, Bandung
Pendidikan : D3
Istri : Tati Handayani (52)
Anak-anak : Dian (28), Agesa(23), Naresa (8)

Jumat, 04 Desember 2009

sharing ide....., unisba

masalah-masalah daerah unisba

Masalah saat survey
Management waktu (pagi kuliah, waktu yang lengang hanya sore hari),
Cuaca (Bandung di sore hari hampir selalu hujan deras, sehingga tidak memungkinkan survey),
Warga yang kurang kooperatif (menolak, curiga, apatis).

Masalah warga
Masih banyak warga yang belum memiliki komputer sendiri,
Meskipun telah memiliki komputer, sebagian besar adalah komputer stand alone,
Hubungan antar pendatang (anak kos) dan warga asli kurang harmonis, mereka hidup dalam dunianya sendiri-sendiri.
Warga asli yang diharapkan dapat membantu membangun, dan memelihara jaringan, rata-rata sudah berumur.
Warga pendatang yang diharapkan dapat memakai fasilitas internet dan membantu memelihara jaringan, dapat sewaktu-waktu pergi.
Karang taruna atau remaja masjid tidak ada.
Sampah dan lingkungan sekitar kumuh.
Banyak warga yang telah memiliki ketrampilan tetapi kurang terekspos, seperti Bp. Agus di RW 13 yang telah memproduksi sumpiah udang dan di ekspor ke Malaysia, tapi masyarakat di RW lain tidak tahu.

solusi-solusi yang ditawarkan
Perlu ada upaya pengadaan komputer yang dikelola masyarakat. Misalkan dengan membuat program komputer murah. Yaitu kredit komputer dengan spesifikasi minimal tapi bagus (sekarang ini sudah banyak produk komputer china yang bagus tapi murah).

Caranya dapat melalui kredit simpan pinjam pada koperasi.

Saya belum tahu apakah ada koperasi di daerah UNISBA, tetapi bila kesulitan membuat koperasi, proses simpan pinjam dapat dikelola dengan cara lain.

Cara lain itu dapat kita diskusikan nanti dengan masyarakat, karena perlu ada dengar pendapat dengan masyarakat.

Perlu ada sebuah wadah yang dapat menyatukan warga dan pendatang, misalkan anak kos diikut sertakan dalam pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur, pelatihan, dsb.
Wadah itu dapat dibuat dengan menggalakkan karang taruna atau remaja masjid.
Perlu adanya bantuan dan partisipasi aktif masyarakat untuk melaksanakan hal ini.


Target yang ingin dicapai
Pada tanggal 19 desember 2009, sebelum pemasangan infrastruktur dimulai, kami berinisiatif mengundang warga untuk :
Sosialisasi program
Merancang kegiatan pembangunan infrastruktur (kapan, siapa, bagaimana?)
Pelatihan internet oleh warga (browsing, blogging) terutama warga yang memiliki usaha, sehingga dapat mempromosikan usahanya lewat internet, setidaknya, diketahui masyarakat luas.
Dengar pendapat warga, bagaimana mendapatkan komputer murah? (koperasi, kredit, dsb)
Perlu ada beberapa komputer yang dapat diakses warga, dan ditempatkan di titik strategis, misalkan di kantor RW, pos ronda, dsb. Komputer ini dapat digunakan untuk kepentingan warga (misalkan update blog, email, belajar, maupun informasi kos-kosan di daerah tersebut).

Saran : Konten yang dibutuhkan dalam portal cikapundung net

GIS (Geographic Information System) yang mampu menampilkan peta beserta informasi apa saja yang ada di daerah Cikapundung
Game (pengelolaan kos dan pengelolaan sampah)
E-Learning
E-Commerce

game sampah
Masyarakat “diajak” berhitung berapa keuntungan yang diperoleh dari hasil mengolah sampah?
Pertama : masyarakat memilah sampah, sampah apa saja yang dihasilkan dalam skala rumah tangga?
Kedua : sampah mana saja yang dapat didaur ulang?

Jika seorang pemulung dapat menjual sampah plastik seharga 5000/kg, sedangkan dalam satu kilo kurang lebih ada 100 buah bungkus plastik.
Maka untuk membuat sebuah tas belanja ukuran besar (39 x 40 cm) diperlukan 12 plastik bekas (pewangi atau sabun cuci piring) ukuran 900 ml

perhitungan biaya
1 kilo dapat dibuat sekitar 8 tas belanja besar
(5000 : 8 ) = Rp. 625
Bisban grosiran 1 meter Rp.2000 x 4 m = Rp. 8000
Benang nylon Rp. 75 x 15 m = Rp. 525
Jarum Rp. 500
Listrik (Rp. 1000 watt/jam) * 3 =Rp. 3000
Resleting Rp. 5000
Biaya tak terduga Rp. 7500
Total : Rp. 25.125 , harga belum termasuk untung yang ingin diperoleh

Harga setiap tas bervariasi, dari mulai Rp 25 ribu sampai Rp 75 ribu, ada juga yang sampai Rp 100 ribu.Para pelanggannya banyak juga yang berasal dari mahasiswa.

Siapa yang telah memulai membuat?
seorang Ibu bernama Juariah Djajang (45), warga Tamansari bawah No 18/59 RT02 RW 20. Juariah sudah berkiprah sebagai pengrajin Tas Plastik daur ulang sejak 2006 silam.
Ibu Euis dari Tamansari RT 02 RW 14


Meski sudah ada pelopornya (yg dapat mengubah sampah menjadi rupiah), sebagian warga masih kurang peduli terhadap penanganan sampah.
Hal ini dikarenakan warga mungkin kurang memiliki ketrampilan dan inovasi dalam membuat kerajinan (perlu skill khusus).

Solusinya adalah : tak perlu membuat kerajinan, tapi tetap mendapatkan uang dari sampah, yaitu dengan menjadi “pemulung”.
Artinya, masyarakat dapat mengumpulkan sampah2 rumah tangga mereka dan dijual ke pengrajin.
Saya menawarkan ide : bank sampah


Sistem pengelolaan sampah berbasis rumah tangga, dengan memberikan reward kepada mereka yang berhasil memilah sampah.
Manfaat bank sampah adalah mengurangi volume sampah, memberikan penghasilan tambahan bagi masyarakat, efisiensi biaya pengangkutan, ekonomis dan ekologis, memberdayakan masyarakat dalam mengelola kebersihan kota .

Siapapun warga yang ingin jadi bagian dari solusi sampah, tanpa legal formal (dengan legal lebih baik), menghasilkan keuntungan.
Reward bank sampah dapat berupa : barter (pulsa, cuci motor, servis motor & oli), diskon belanja (warung, mini market, swalayan), modal kerja sama, tabungan kurban, gratis : pinjam buku perpustakaan, sewa lapangan bulu tangkis, dst

Jika masyarakat telah menyadari betapa berharganya sampah yang terbuang begitu saja di sungai, niscaya cikapundung akan menjadi kawasan yang indah, meski padat penduduk, sehingga memberikan “nilai” tambah bagi daerah tersebut.

Nilai tambah tersebut antara lain = menarik wisatawan menjadi desa wisata pengrajin sampah, banyak pendatang yang mengais rejeki, banyak mahasiswa yang lebih peduli lingkungan.


salam, tenia